Kisah Seorang Wanita Non Muslim Sekolah di Yayasan Islam, Lulus Jadi Mualaf

Dilansir dari wolipop, wanita yang memiliki nama Annisa Stefanny Maureen Erlangga yang juga sebagai pemilik akun Tiktok @steeeeepp mengatakan bahwa ia menempuh pendidikan di sekolah Islam ketika SMP.

“Aku dari TK sampai SMK, mama aku sebagai orang tua tunggal dan kepala keluarga. Jadi, hampir tidak pernah ada waktu untuk melihat perkembangan aku. Awalnya memang cari sekolah yang terdekat dari rumah, kebetulan yang ada yayasan Islam di SMP Jakarta Barat dan pindah ke Bekasi pas SMK yayasan Islam juga yang dekat dengan rumah,” jelas Stefanny kepada Wolipop,

@steeeeepp Dear temen temen sekolah, Lihat aku sekarang😇 #fyp ♬ suara asli – SUKA KAMU


Annisa mengakui jika setiap ada masalah biasa berkonsultasi dengan tokoh yang ia percaya. Dimana orang tersebut juga merupakan ustaz.

Selain itu Annisa juga mengatakan jika lingkungan sekitarnya adalah mayoritas umat Islam. Kemudian setelah mempelajari agama Islam di sekoah, ia akhirnya dengan mantap memutuskan untuk memeluk Islam seletah melewati berbagai ujian di dalam hidupnya.

“Pada 10 November 2021 yang menurut aku tanggal dan bulan yang bagus. 10 November sebagai hari pahlawan dan bulan November tahun kemarin itu banyak ujian hebat yang aku laluin,” ungkap Stefanny.

“1 November aku ulang tahun. Aku buat acara di panti asuhan dan panti jompo di Malang. 2 November calon suami aku meninggal. 8 November aku belajar tentang mualaf secara tauhid di Mojokerto sama pak kyai di pondok pesantren. 10 November mualaf secara resmi sekaligus aqiqah, dan 28 November. Aku nggak jadi lamaran untuk menikah sedangkan sudah banyak persiapan, dan di akhir November bisnis bangkrut dan aku ditipu puluhan juta,” kenang Stefanny.

Ketika sedang dalam masa sulitnya, ia hanya bisa pasrah dan ikhlas. Menurutnya seorang ustz kepercayaanya adalah sebagai pengganti sosok seorang ayah. Ia pun kerap berbagi keluh kesahnya kepaa sang ustaz.

“Aku punya tokoh kepercayaan, karena aku nggak punya sosok ayah jadi aku cari seseorang yg bisa jadi guru agama dan tempat aku cerita. Karena sekian banyak cobaan pastinya stres banget tapi Alhamdulillah hati aku selalu yakin kalau cobaan ini bisa aku lewati dengan percaya sama Allah,” jelasnya.

Annisa juga mendapatkan dukungan penuh dari sang ibu ketika mengutarakan keinginanya untuk memeluk agama Islam.

“Mama selalu buat aku support apapun yang memang terbaik buat anak-anaknya, pastinya aku bisa percaya dengan agama Islam karena mama mengutamakan soal ilmu sosial dan dari kecil aku memang butuh orang sekitar untuk melengkapi hidup aku yang ke mana-mana sendiri,” terang Annisa.

Annisa adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, ibunya adalah tulang punggung bagi keluarga yang banting tulang untuk memenuhi semua kebutuhan keluarganya. Karena hal itu, sang ibu menjadi sangat sibuk bekerja sehingga ia jarang mendapatkan perhatian dari ibunya.

“Mama selalu sibuk dengan kerjaan dan lebih mementingkan materi untuk kebutuhan anak-anaknya. Sedangkan aku untuk bertumbuh baik aku butuh sosok orang tua atau pembimbing,” ungkapnya.

“Jadi, aku berpikir untuk memanfaatkan orang sekitar supaya bisa kasih perhatian, nasihat bahkan di zaman sekolah setiap pulang sekolah aku sering cari orang jalanan anak pengamen atau pengamen, pemulung, tukang kebersihan buat jadi tempat ngobrol aku,” imbuhnya lagi.

Di akhir wawancara, Annisa yang saat ini sudah mengenakan hijab itu mengatakan apa yang ia rasakan ketika sudah menjadi seorang mualaf.

“Ibadah salat jadi tempat paling aku suka, hati lebih tenang, ungkapin segala isi hati lebih gampang karena ada lima waktu. Dan lebih sadar lagi di saat kondisi susah Allah nggak akan kasih kita orang lain untuk kita bergantung. Dan aku nggak akan mau buat rencana sempurna kecuali sudah Izin dari Allah,” pungkas Stefanny.

Pages: 1 2Show All

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like